Postingan lainnya
Berani berkata tidak.
Pembuka.Manusia pada hakikatnya memiliki dua komponen yang saling bergantung satu sama lain, yakni adalah perasaan dan logika. Kita tidak bisa hidup d...
Pembuka.
Manusia pada hakikatnya memiliki dua komponen yang saling bergantung satu sama lain, yakni adalah perasaan dan logika. Kita tidak bisa hidup dengan perasaan saja dan kita tidak bisa hidup dengan logika saja. Keduanya saling membutuhkan. Begitu pula pada permasalahan ini tentang bagaimana cara kita untuk menolak terhadap sesuatu.
Filosofi Menolak.
Terkadang ketika kita berkata ‘tidak’ pada sesuatu, pada saat itu juga, kita merasa bersalah. Tapi faktanya sangatlah wajar jika kita merasa bersalah. Namun pertanyaannya adalah mengapa. Karena hakikat dari kata ‘tidak’ ini memiliki arti yang selalu negatif di mata kita. Menolak berarti kesalahan, tidak berarti menolak. Kita harus mencoba membenarkan alam pemikiran seperti ini.
Open Mind for the different view, Setidaknya itu adalah kutipan lagu dari Metallica. Jika kita mengacu dari sana untuk permasalahan ini, kita sebenarnya, harus melihat makna kata ‘tidak’ ini dari sudut pandang yang berbeda. ‘Tidak’, Tidak selalu berada dalam posisi negatif, melainkan posisi positif juga. Dengan berangkat dari pemikiran seperti ini kita akan pergi pada pembahasan yang lebih dalam tentang menolak pada hal yang lebih spesifik. Pekerjaan.
Makna Kerja.
Sebelum kesana, kita harus membedah terlebih dahulu makna pekerjaan didalam kehidupan kita. Kerja sudah menjadi sebuah sentral dalam hidup kita. Artinya kita bekerja adalah sebuah keharusan. kerja juga merupakan sebuah aktivitas yang unik untuk makhluk hidup. Dan itu diberikan kepada kodrat kita sebagai manusia. Dengan pikiran dan tubuh kita, kita mengorganisir pekerjaan, menciptakan sebuah produk, dan yang pasti menentukan tujuan utama atau akhir dari pekerjaan (Bisa berupa visi misi perusahaan atau untuk diri kita sendiri).
Filosofi Kerja.
Namun ternyata, jika kita masuk ke pemikiran Franz Magnis-Suseno seorang Filsuf dan Budayawan Jawa, pernah berpendapat, bahwa sejak 2400 tahun yang lalu, kerja dipandang sebagai sesuatu yang rendah. Yang tidak bekerja hanya kalangan atas saja. Bahkan bisa dikatakan, manusia itu sebenarnya tidak perlu bekerja. Bisa disimpulkan bahwa pekerjaan sejatinya pada masa itu adalah kalangan budak. Dan ini sangat ada kaitannya pada kita tidak bisa menolak pada perintah atasan atau entitas yang memegang kekuasan.
Loncat ke abad 17 dan 18, kerja sendiri mulai berubah sudut pandangnya. Mula dari filsuf Inggris John Locke yang berpendapat bahwa, pekerjaan itu sumber untuk memperoleh hak milik pribadi. Hegel juga tampaknya berpendapat bahwa intinya, dengan bekerja kita dapat menemukan dan mengaktualisasikan dirinya.
Secara singkat bapak Franz menegaskan, ada tiga fungsi kerja, fungsi reproduksi material, integrasi sosial, dan pengembangan diri. Dengan bekerja, kita bisa memenuhi kebutuhan. Dengan bekerja, kita mendapatkan status di masyarakat. Dan dengan bekerja, kita mampu secara kreatif menciptakan dan mengembangkan diri.
Singkat dari mengapa kita tidak bisa menolak itu sebenarnya karena dari nenek moyang kita yang kentalnya feodalismenya dan membuat kita tidak bisa menolak karena atasan/petinggi. Lambat laun akhirnya ada sebuah kemerdekaan untuk pekerja bisa berkata tidak atau menolak.
Kesimpulan 1: Filosofi Kerja.
Setelah kita berputar putar, akhirnya pertanyaan mengapa di paragraf kedua terjawab. Namun bukan berarti selesai disini saja, Sikap menolak sangat diperlukan kepada atasan atau rekan pekerjaan agar tidak menimbulkan misperception, nah disini, kita harus mengkaji apa yang di pinta rekan atau atasan. Hal yang paling penting adalah, apakah kita benar benar kompeten dalam hal yang diminta? Kita harus lihat apakah ini sanggup kita kerjakan, atau tidak bisa dikerjakan ( Dalam artian ada rekan kita yang lebih kompeten ). Jikalau memang sanggup dikerjakan, kita harus melihat pekerjaan kita sebelumnya, apakah dengan mengambil yang diminta sekarang, akan mengganggu kualitas dari pekerjaan kita sebelumnya atau tidak (Dengan memikirkan variabel variabel yang krusial seperti waktu dan tingkat kesulitan). Jika tidak barulah kita bisa mengerjakannya.
Berkata tidak untuk menolak.
Tidak hanya memposisikan kita sebagai pekerja, misalnya kita sebagai atasan mendelegasikan, kita harus tahu terlebih dahulu bagaimana pekerjaan orang yang kita mintai ini, apakah banyak pekerjaan lain atau tidak, apakah ia kompeten atau tidak, sehingga kita bisa mendelegasikan tugas ini ke orang yang benar. Sehingga akhir dari tujuannya tercapai dengan baik.
Penolakan kata ‘tidak’ dari bawahan lewat sudut pandang atasan, harus diterima dengan baik, jangan sampai emosi kadang mengikat kita. Dengan mempertimbangan, bahwa ada orang lain yang lebih kompeten, membuat kita jauh lebih bisa lega ketika mendelegasikannya. Penolakan kata ‘tidak’ dari diri kita pada atasan harus lah juga dengan sopan dan beretika. Memberikan beberapa option atau pilihan agar atasan kita mengerti dan bisa mempertimbangkannya kembali.
Kesimpulan 2: Berani Berkata Tidak.
Untuk saya pribadi, dengan memikirkan banyak hal di atas, mulai dari sejarah pekerjaan dari masa ke masa, dan ditambah moralitas bagaimana cara kita menolak sebagai bawahan dan menerima tolakan bawahan sebagai atasan, menjadi sebuah pencerahan tersendiri untuk saya agar lebih open minded ketika dihadapkan pada masalah ini. Menguatkan logika untuk melihat peluang kedepan, dan mempertimbangkan resiko, serta menguatkan perasaan agar supaya tidak ada kesalahpahaman yang mengakibatkan emosi yang tidak terkendali baik saya sebagai bawahan, atau saya sebagai atasan.
Belum ada Jawaban. Jadi yang pertama Jawaban
Login untuk ikut Jawaban