Postingan lainnya
Manusia dan AI
Sangat kita memahami betul bahwa teknologi adalah salahsatu cara kita menyelesaikan masalah dengan proses penciptaan sesuatu dari yang tidak ada menja...
Sangat kita memahami betul bahwa teknologi adalah salahsatu cara kita menyelesaikan masalah dengan proses penciptaan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada (Baca: Filsafat Teknologi). Dengan cara seperti ini manusia memang mendobrak sejarahnya sendiri. Era revolusi Industri misalnya. Ini menjadi sebuah era dimana perkembangan inovasi teknologi terus menggila. Industri 1.0 tentang mesin uap, dengan adanya mesin uap pekerjaan mejadi lebih mudah, pabrik pabrik yang awalnya isinya adalah orang orang, saat itu digantikan dengan mesin uap. Yang akhirnya membuat manusia mulai terdepak dari sistem pekerjaan. Di era kedua, adalah era listrik, dimana efisiensi pabrik lebih tinggi dan menghasilkan produktifitas lebih besar lagi. Di era inipula banyak manusia digantikan dengan mesin mesin. Bayangkan setiap manusia mungkin dapat membuat bajunya 1-100 baju setiap harinya, namun dengan mesin, 100 baju dapat dibuat dalam 1 jam saja. Indutstri ketiga, komputerisasi mulai mendepak bagian administratif, jika industri satu dan kedua hanya mendepak buruh kasar, maka industri tiga pekerjaan adminstratif dan perkantoran, diefisienkan oleh komputer, apalagi mesin mesin cerdas mulai muncul untuk mendepak buruh kasar. Lebih gila lagi di Industri ke empat. Dengan ditanamkannya Kecerdasan buatan dan efisiensi sinkronisasi data, menyebabkan orang orang yang ada dalam sektor keputusan, mulai digantikan. Karena AI lebih rasional dan dapat diandalkan.
Dapat dilihat, dari segi ekonomi, tingkat masyarakat dalam mencapai kesejahtraan semakin sulit. Karena di Industri pertama hingga ke dua buruh kasar pembuat produksi secara langsung, digantikan dengan mesin, di industri ke tiga, buruh semakin terbelakang dan pekerja kantoran mulai terdepak juga, Di industri ke empat, buruh sudah tidak diperlukan, pekerja kantoran masih terus di pangkas untuk efisiensi, dan keputusan perusahaan dicampuri oleh AI. Bagaimana dengan industri kelima? Apakah era manusia telah berakrir?
Masalahnya adalah, dengan adanya revolusi industri, memang menjadikan sebuah efisiensi teknologi, dan disatu sisi juga mendapatkan keuntungan laba yang sangat besar bagi perusahaan. Namun dengan adanya ini pula, fungsi manusia sebagai orang pekerja semakin menghilang. Apakah buruk? Sangat buruk. Karena Adam Smith dalam bukunya ia pernah mengatakan bahwa "satu satu nya cara untuk mendapatkan kekayaan adalah dengan bekerja. Dengan bekerja setiap orang dimungkinkan memperkaya semua orang. " dan di sisi lain pun bahwa dengan eksploitasi lah kita dapat berkembang sebagai manusia. Jika perkembangan itu di hentikan, artinya akan berbahaya.
Kita tahu bahwa yang membedakan kita dengan binatan gadalah berpikir. Manusia adalah binatang yang berpikir. Namun dengan adanya AI yang mengganti berpikir atau dengan revolusi industri kita menjadi jarang berpikir, akhirnya kita hanyalah binatang. Eksistensi kita yang Rene Descartes bilang bahwa Kita berpikir maka dari itu kita ada adalah bukti bahwa kemanusiaan kita pula ada karena kita berpikir. Namun jika AI dan perkembangan teknologi canggih ini akhirnya mengganti kita dalam proses berpikir, maka kita hanyalah salahsatu spesies binatang saja.
Dari sisi ekonomi saja kita telah gagal bersaing, dari segi kemanusiaan saja kita telah gagal bersaing, sehingga bagaimana akhirnya hidup kita? Apa tujuan hidup kita, dan apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Dari sinilah dapat diketahui bahwa manusia telah mati. Kita tidak mungkin dapat menghentikan gejolak revolusi industri, atau inovasi teknologi, karena ini adalah sebuah gerak sejarah. kita tidak akan mungkin dapat berhenti untuk mengembangkan teknologi. lantas apa yang harus kita lakukan sebelum ini terjadi? Kembali pada hal hal yang bersifat humaniora.
Sedihnya masa ini, adalah ketika segala hal yang berkaitan dengan ilmu teknis, tidak diberikan hal yang bersifat kemanusiaan secara detail. Misalnya saja saya sebagai lulusan mahasiswa teknologi, saya sama sekali tidak pernah diajarkan bagaimana memaknai teknologi secara kemanusiaan. Sejauh apapun, filsafat tidak ada dalam segala bentuk teknis. Mahasiswa dituntut untuk menyelesaikan masalah masyarakat selalu harus dalam bentuk teknis atau digital. Kapitalisasi dan digitalisasi inilah yang menyebabkan mindset tentang pekerjaan di satu sisi, membentuk pikiran bahwa masalah harus di digitalisasi. Namun ketika mahasiswa itu keluar atau lulus, digitalisasi yang dibatnya menyebabkan dirinya tidak dapat bekerja. Inilah gambaran jelas bahwa mahasiswa sendirilah yang akhirnya mencari cara agar dia menganggur. Itu jika memang mahasiswa berpikir, namun jika mahasiswa yang tidak berpikir misalnya, tinggal joki dan lulus, justru ini lebih miris. Karena kita hidup di zaman kebenaran itu harus benar benar benar. Artinya adalah berusaha pun dapat menjadi hal yang salah, apalagi tidak berusaha. Inilah manusia manusia baru ini. Alhasil jika kita kembali pada teknologi, berfilsafat adalah salahsatu cara untuk mendampingi inovasi. Bukan cuma terus menerus inovasi, namun lebih mementingkan dampak kemanusiaan yang nantinya dihasilkan. Sehingga kita tidak akan menjadi manusia AI yang hina.
Generasi useless mulai berdatangan, dan manusia AI mulai diciptakan, kemampuan manusia mulai berkurang, kemanusiaan menghilang, kebijaksanaan musnah, serta manusia telah mati, dan kita lah yang membunuhnya.
Belum ada Jawaban. Jadi yang pertama Jawaban
Login untuk ikut Jawaban